Wednesday, March 7, 2012

WAWASAN BARU DALAM PEMBENTUKAN AWAN


pelajaran fisika awan baru saja lewat tapi udah ada tambahan ilmu tentang fisika awan. hehehehe.... nanti aq coba buat artikel khusus tentang apa itu fisika awan deh..

ScienceDaily (Mar. 5, 2012) — Awan memiliki efek yang mendalam pda iklim, tapi yang kita tahu tentang pembentukan awan sangat sangat sedikit. Erika Sundén sudah mempelajari bagaimana partikel awan yang luar biasa kecil bisa membuang kelebihan energi (catatan : pembuangan panas laten / energi sangat berpengaruh terhadap cuaca). pengetahuan ini dibutuhkan untuk memahami proses-proses di atmosfer yang berpengaruh terhadap perubahan cuaca global.


Model yang telah dibangun untuk menggambarkan perubahan iklim mengandung sumber utama dari ketidakpastian, yakni efek awan. Dalam laporan iklim 2007 pada The UN Intergovernmental Panel on Climate Change menunjukkan bahwa pengetahuan baru dibutuhkan untuk bidang ini.

Awan di atmosfer dapat bertindak dalam dua cara : - awan mungkin menjadi cermin yang memantulkan radiasi dari metahari kembali ke luar angkasa, - dan awan mungkin menjadi selimut yang menahan panas yang dipancarkan oleh bumi.memetakan formasi dan penyebaran awan mungkin menjadi kunci dalam penelitian iklim

"salah satu tahap yang penting adalah memahami sifat-sifat dasar dari partikel-partikel yang terlibat." kata Erika Sundén, mahasiswa doctoral dari jurusan fisika, University of Gothenburg.

Ammonia mungkin memainkan peranan penting

Erika telah mempelajari partikel kecil yang dikenal dengan nama "clusters," yang berisi sekitar 3 sampai 300 molekul. Satu garis penelitian sudah menginvestigasi bagaimana cluster titik air  menghilangkan energi yang berlebihan dan ini akan membantu memahami bagaimana tetes air tumbuh dan bagaimana mereka menguap. ini adalah proses dimana es dan cairan berubah menjadi uap air (gas). Garis lain menyelidiki bagaimana cluster dipengaruhi oleh amonia, dimana ammonia adalah komponen penting dari atmosfer.

"Saya menyelidiki cluster air yang berisi sebagian kecil ammonia, dan membandingkannya dengan cluster air murni. bisa ditunjukkan bahwa  ammonia berkontribusi pada kestabilan cluster, dan mencegah mereka menguap lebih cepat. Ammonia mungkin memainkan peranan penting dalam proses awal pembentukan awan." katanya

Suhu -100 derajat Celcius

Tidaklah mudah untuk mengukur kapasitas panas cluster, dan sebuah bagian penting penelitiannya adalah untuk mengembangkan metode yang bisa digunakan untuk menjadi subyek lebih lanjut. secara sederhana, kamu bisa katakan bahwa dia menciptakan cluster air di udara, membawanya ke dalam ruang hampa, dan memeriksa mereka karena mereka hancur. metode ini membawanya pada penemuan yang tidak terduga.

"Suhu di dalam kelompok ini adalah sekitar -100 ° C, jadi orang akan berharap bahwa kapasitas panas mereka akan sesuai dengan yang es. Meskipun demikian, kapasitas panas dari menengah cluster lebih besar, menengah antara bahwa es dan air cair Pentingnya hal ini untuk bagaimana membentuk awan akan menjadi subjek penelitian lebih lanjut,. "katanya.

Wawasan baru ke awan ruang angkasa (space clouds)

Erika Sundén mempresentasikan dalam tesisnya juga mempelajari laju pendinginan dan radiasi dari partikel karbon, yang mana mungkin menjadi komponen dari space clouds. sudah lama pasti apakah molekul dapat berada pada ruang hampa antara bintang dan planet, sejak densitas atom sangan rendah. Molekul Karbon muatan negatif pertama yang ditemukan tahun 2006, bagaimanapun setelah melanjutkan survey molekul yang ada di space clouds.

"Radiasi Pertama dari ruang yang diukur, dan kemudian ini kasus untuk menciptakan model yang dapat menjelaskan observasi. Kami menciptakan dalam molekul laboratorium menuduh bahwa mungkin ada dalam awan ini, dan menyelidiki apakah molekul-molekul memancarkan radiasi dan, jika demikian, untuk sejauh mana, "katanya

Erika Sundén's thesis "Thermal Properties of Clusters and Molecules -- Experiments on Evaporation, Thermionic Emission, and Radiative Cooling" was successfully defended on 24 February. It can be downloaded from: http://gupea.ub.gu.se/handle/2077/28349

No comments:

Post a Comment