Seperti yang telah dijelaskan
dalam artikel “satelit dalam dunia meteorologi dan klimatologi” sebelumnya,
berdasarkan orbit edarnya satelit dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu satelit
geostasioner dan satelit polar. Dalam artikel kali ini kita akan membahas
tentang satelit geostasioner.
Sebelum menginjak ke satelit
geostasioner, kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai orbit
geostasioner. Berdasarkan wikipedia.org : Orbit Geostasioner adalah orbit geosinkron yang berada tepat di atas
ekuator Bumi (lintang 0°), dengan eksentrisitas orbital sama dengan nol. Dari permukaan Bumi, objek
yang berada di orbit geostasioner akan tampak diam (tidak bergerak) diangkasa
karena periode orbit objek tersebut mengelilingi Bumi sama dengan perioda
rotasi Bumi.
Satelit geostasioner memiliki
posisi tetap yaitu pada
lintang 0°, perbedaan lokasi satelit ini hanya pada letak bujurnya saja.
Satelit geostasioner memiliki kecepatan orbit yang sama dengan kecepatan rotasi
bumi. Oleh karena
itulah satelit ini seakan-akan terlihat diam pada satu titik jika dipantau dari
permukaan bumi.
Ide satelit geostasioner untuk
kegunaan komunikasi dipublikasikan pada tahun 1928 oleh Herman Potočnik. Orbit
geostasioner dipopulerkan pertama kali oleh penulis fiksi ilmiah Arthur C.
Clarke pada tahun 1945 sebagai orbit yang berguna untuk satelit komunikasi.
Oleh karena itu, orbit ini kadang disebut sebagai orbit Clarke. Dikenal pula
istilah Sabuk Clarke yang menunjukkan bagian angkasa 35.786 km dari permukaan
laut rata-rata di atas ekuator dimana orbit yang mendekati geostasioner dapat
dicapai.
Karena posisi nya yang tetap, satelit geostasioner mampu memonitor suatu daerah secara terus-menerus. Satelit
geostasioner memiliki keunggulan dalam resolusi waktu. Citra yang diperoleh satelit ini merupakan citra
real time, artinya begitu kamera mengambil gambar maka langsung ditampilkan
, sehingga memungkinkan forecaster untuk memonitor proses dari sistem
cuaca yang besar seperti fronts, storms dan hurricanes.
Arah dan kecepatan angin juga bisa diperkirakan berdasarkan monitoring pergerakan awan.
Akan tetapi satelit geostasioner
memiliki kekurangan dalam resolusi ruang. Area yang diamati terbatas hanya pada
area tertentu saja. Selain itu resolusi wilayahnya terlalu kasar karena letak
satelit geostasioner yang tinggi. Oleh karena itu satelit geostasioner lemah
dalam pencitraan pada ruang sempit tapi cocok untuk memonitor sistem cuaca
besar.
Contoh cuaca geostasioner; Geostationary Operational
Enviromental Satellite (GOES) : GMS/MTSAT, Meteosat,INSAT,FY-2, dll.
Hasil pengamatan satelit
geostasioner untuk meterologi dan klimatologi :
- Lokasi, intensitas, dan pergerakan badai tropis,- Deteksi debu vulkanik (Volcanic ash detection)
- Pergerakan awan, angin, dan uap air
- Deteksi kabut dan awan rendah
- Analisa tipe awan, SST, LST, OLR
- Radiasi matahari, pemantauan ozon total
- Kelembaban troposfer atas
- Estimasi Presipitasi
- Sounding suhu dan kelembaban
Selain satelit geostasioner, masih ada satelit polar. Artikel tentang satelit polar akan dijelaskan pada posting berikutnya.
Sumber :
slide mata kuliah interpretasi
citra satelit dan radar cuaca pertemuan 2 oleh bapak Edi Mulsandi
http://id.wikipedia.org/wiki/Orbit_geostasioner
No comments:
Post a Comment