Pages

Saturday, October 13, 2012

SATELIT GEOSTASIONER


Seperti yang telah dijelaskan dalam artikel “satelit dalam dunia meteorologi dan klimatologi” sebelumnya, berdasarkan orbit edarnya satelit dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu satelit geostasioner dan satelit polar. Dalam artikel kali ini kita akan membahas tentang satelit geostasioner.

Sebelum menginjak ke satelit geostasioner, kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai orbit geostasioner. Berdasarkan wikipedia.org : Orbit Geostasioner adalah orbit geosinkron yang berada tepat di atas ekuator Bumi (lintang 0°), dengan eksentrisitas orbital sama dengan nol. Dari permukaan Bumi, objek yang berada di orbit geostasioner akan tampak diam (tidak bergerak) diangkasa karena periode orbit objek tersebut mengelilingi Bumi sama dengan perioda rotasi Bumi.


Satelit geostasioner memiliki posisi tetap yaitu pada lintang 0°, perbedaan lokasi satelit ini hanya pada letak bujurnya saja. Satelit geostasioner memiliki kecepatan orbit yang sama dengan kecepatan rotasi bumi. Oleh karena itulah satelit ini seakan-akan terlihat diam pada satu titik jika dipantau dari permukaan bumi.

Ide satelit geostasioner untuk kegunaan komunikasi dipublikasikan pada tahun 1928 oleh Herman Potočnik. Orbit geostasioner dipopulerkan pertama kali oleh penulis fiksi ilmiah Arthur C. Clarke pada tahun 1945 sebagai orbit yang berguna untuk satelit komunikasi. Oleh karena itu, orbit ini kadang disebut sebagai orbit Clarke. Dikenal pula istilah Sabuk Clarke yang menunjukkan bagian angkasa 35.786 km dari permukaan laut rata-rata di atas ekuator dimana orbit yang mendekati geostasioner dapat dicapai.

Karena posisi nya yang tetap,  satelit geostasioner mampu memonitor suatu daerah secara terus-menerus. Satelit geostasioner memiliki keunggulan dalam resolusi waktu. Citra yang diperoleh satelit ini merupakan citra real time, artinya begitu kamera mengambil gambar maka langsung ditampilkan , sehingga memungkinkan forecaster untuk memonitor proses dari sistem cuaca yang besar seperti frontsstorms dan hurricanes. Arah dan kecepatan angin juga bisa diperkirakan berdasarkan monitoring pergerakan awan.

Akan tetapi satelit geostasioner memiliki kekurangan dalam resolusi ruang. Area yang diamati terbatas hanya pada area tertentu saja. Selain itu resolusi wilayahnya terlalu kasar karena letak satelit geostasioner yang tinggi. Oleh karena itu satelit geostasioner lemah dalam pencitraan pada ruang sempit tapi cocok untuk memonitor sistem cuaca besar.

Contoh cuaca geostasioner; Geostationary Operational Enviromental Satellite (GOES) :  GMS/MTSAT, Meteosat,INSAT,FY-2, dll.

Hasil pengamatan satelit geostasioner untuk meterologi dan klimatologi :
- Lokasi, intensitas, dan pergerakan  badai tropis,
- Deteksi debu vulkanik (Volcanic ash detection)
- Pergerakan awan, angin, dan uap air
- Deteksi kabut dan awan rendah
- Analisa tipe awan, SST, LST, OLR
- Radiasi matahari, pemantauan ozon total
- Kelembaban troposfer atas
- Estimasi Presipitasi
- Sounding suhu dan kelembaban
Selain satelit geostasioner, masih ada satelit polar. Artikel tentang satelit polar akan dijelaskan pada posting berikutnya.

Sumber :
slide mata kuliah interpretasi citra satelit dan radar cuaca pertemuan 2 oleh bapak Edi Mulsandi
http://id.wikipedia.org/wiki/Orbit_geostasioner

No comments:

Post a Comment